Friday, June 29, 2018

bermainlah dengan anak, agar tumbuh kreatifitasnya

Sumber gambar : liputan6.com
Bermain merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan anak-anak, segala sesuatu menjadi dunia bermain anak terutama anak yang masih dalam tahap beranjak dewasa hingga kira-kira umur 8 hingga 10 tahun. bermain menjadi dunia yang sangat imajinatif dan kreatif bagi anak dalam masa tersebut.
orang tua selaku pendidik dimasa awal pertumbuhan anak harus mampu menjaga masa bermain anak ini menjadi pondasi awal anak agar kelak dimasa datang mereka tidak salah langkah. keprihatinan bagi banyak orang tua adalah ketika anaknya tidak mampu hidup sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh orang tua.
selaku orang tua kita harus menyadari bahwa anak yang sedang bermain, tentu harus dalam pengawasan kita. terlebih jika kita sebagai orang tua mampu aktif terlibat dalam permainan anak. mengajak anak bermain sambil mengarahkannya untuk belajar juga menjadi cara tersendiri agar anak yang saat ini kita besarkan dapat tumbuh dengan baik.
orang tua harus mampu membuat bahagia anaknya, bukan hanya sekedar menyediakan mainan bagi anak-anaknya melainkan juga perlu menyediakan permainan yang mampu mendukung perkembangan anaknya menjadi baik.
Anak-anak memperoleh keterampilan mereka melalui permainan itu sendiri, orang tua saat ini banyak sibuk dengan pekerjaannya hingga lupa dengan kemampuan anak nya, anak dibiarkan main sendiri, sibuk dengan urusan masing-masing antara anggota keluarga, bahkan lupa dimana anaknya seharian. hal ini harus kita hindari dengan terus mengawasi anak sesibuk apapun kita, tetap dekat sejauh apapun kita, tetap ada sepadat apapun agenda orang tua.
para ahli parenting setuju bahwa bermain dengan orang tua seperti di taman, lapangan, halaman mampu meningkatkan kemampuan dan gerak anak hingga kecerdasannya dapat tumbuh dengan sempurna.
memperhatikan anak kita adalah tugas utama kita yang telah di beri anugrah dari Allah SWT titipan yang kelak akan kita pertanggung jawabkan. menjauhkan Handphone dalam dunia bermain anak, ikut terlibat dalam setiap permainan yang dilakukan anak kan membantu mereka mengasah potensi dan kreatifitas anak.
Share:

Karakter dalam pendidikan

Pendidikan yang berkarakter merupakan wacana yang sedang digaungkan saat ini. Kewajiban semua pihak untuk mensukseskan anak menjadi generasi penerus bangsa merupakan pekerjaan rumah orang tua. Sementara itu, dunia pendidikan lah yang saat ini tergopoh-gopoh mensukseskan pendidikan berkarakter itu sendiri. Padahal, suksesnya pendidikan berkarakter saat ini merupakan peran semua pihak, bahkan harusnya dimulai dari rumah sebagai awal anak mendapatkan pendidikan itu sendiri. 

Pendidikan karakter sendiri adalah pendidikan yang lebih menekankan pada sikap dan perilaku anak sebagai suksesnya sebuah proses pendidikan. Selama ini pendidikan masih menekankan pada nilai kognitif atau kecerdasan otak sebagai tujuan dari suksesnya pendidikan. Pendidikan karakter menekankan pada sikap disbanding nilai, proses di banding hasil, student center dibandingkan dengan teacher center. 

Pendidikan karakter menjadi penting dengan munculnya fenomena di masyarakat bahwa pendidikan yang selama ini masih belum mampu memberikan hasil yang maksimal dalam negeri. Banyak dari penerus bangsa malah merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara secara sadar atau tidak sadar. pendidikan yang belum memberikan karakter bagi para peserta didiknya adalah diantaranya, perilaku menyimpang berkendara, ujaran kebencian di media sosial, korupsi yang makin merajarela mulai dari level pemimpin bahkan hingga lingkup paling rendah dalam sebuah jabatan, kolusi yang terang-terangan, nepotisme yang biasa, pungutuan liar dari receh hingga triliunan, pembunuhan, pelecehan, dan masih banyak hal lagi yang menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa ini untuk kembali kepada karakter utama bangsa Indonesia. 

Bagi dunia pendidikan khususnya guru, pendidikan karakter malah menjadi beban tersendiri bagi para guru diantaranya adalah Beban mengajar baru, sebagian besar guru yang masih kesulitan dengan penerapan pendidikan karakter, belum sepakatnya definisi karakter dalam pendidikan karakter, pemaham guru tentang pendidikan karakter yang belum sempurna, pola pikir yang masih menganggap pendidikan di ukur dari nilai, dsb. 

Apa itu Pendidikan Karakter ?

Karakter sendiri merupakan definisi yang luas dan beragam, secara etimologis karakter berasal dari bahasa yunani, Karraso yang berarti cetak biru, format dasar, sidik. beberapa definisi karakter yang perlu diketahui agar mampu di terapkan dalam kehidupan sehari-hari : 

Kamus besar bahasa Indonesia Edisi keempat (2008) menyebutkan bahwa karakter adalah Sifat –sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. 

Koesoema membagi karakter menjadi dua : karakter sebagai dilihat dan karakter sebagai di alami. Karakter sebagai dilihat adalah apa yang terjadi terus- menerus yang kita lihat dan saksikan secara konkret seperti perilaku, kebiasaan dan pembawaan. Sedangkan karakter yagn dialami adalah tindakan berulang-ulang, melalui proses penyaringan secara sadar. 

Contoh orang yang berkarakter

Karakter tentu merupakan sifat seseorang yang dapat dicatat oleh sejarah, karakter-karakter tersebut di tulis dalam tinta emas perjuangan sehingga kita tidak gamang lagi mengenal apa itu karakter, orang-orang yang dalam hidupnya mampu menerapkan hidup secara berkarakter hingga mampu mengharumkan bangsa Indonesia diantaranya adalah : 

  • Mohammad Hatta 

Tahukah kita bahwa M. Hatta yang kita kenal wakil presiden Indonesia di masa awal kemerdekaan, pernah diasingkan Belanda dan mengalami berbagai cobaan yang tidak ringan pernah mengatakan. “saya hanya akan menikah bila Indonesia Merdeka. Proklamator itu menikah tepat sehari setelah proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 yaitu tanggal 18 Agustus 1945 M. Hatta menikah. 

  • Jendral Soedirman 

Beliau merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam memutus pasokan persenjataan belanda, konsep beliau yaitu perang gerilya bahkan sangat mendunia bahkan di gadang-gadang merupakan penyebab belanda terpaksa mengakui kedaulatan Indonesia. Dalam kondisi sakit yang dialaminya ia tidak mundur memperjuangkan cita-citanya memerdekakan bangsa Indonesia. Ia keluar masuk hutan dalam kondisi di tandu, teladan yang baik bahkan dalam kondisi terjepit, ia berhasil membuktikan bahwa minimnya pasukan dan peralatan perang bukan lah alasan untuk menyerah, tekad yang kuat lah yang mampu mengalahkan pasukan terkuat sekalipun. 

  • H. Agus Salim 

Sejarah mencatat H. Agus Salim adalah sosok yang berkeribadian kuat, terus berjuang berdiplomasi agar Indonesia diakui dunia sebagai Negara merdeka. Bahkan Haji Agus Salim sampai akhir hayatnya tidak memiliki tempat tinggal, menjalani hidup dalam kondisi yang melarat. Namun, mimpinya mampu ia ukir hingga hari ini bangsa Indonesia mampu merdeka dari para penjajah. 

Ketiga tokoh diatas memberi contoh karakter yang sangat di perlukan generasi pemuda saat ini diantaranya adalah :

1. Konsisten dalam perilaku dan tindakan.
2. Tak kenal menyerah
3. Visi yang jelas dan terarah
4. Memiliki harga diri dan prinsip 

Pendidikan karakter berharap mampu mencetak generasi-generasi yang mampu merubah bangsanya melebihi pendahulunya seperti Mohammad Hatta, Jendral Soedirman, H. Agus Salim, dan tentu para pahlawan dan tokoh bangsa di Indonesia dan dunia. 

Pencetus pendidikan karakter

Gagasan awal pendidikan karakter adalah pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter merupakan reaksi dari kejenuhan dari pedagog natura ousseauian dan instrument pedagog deweyan, yang meletakkan pendidikan dasar atas spontanitas anak-anak yang mewarnai eropa dan Amerika pada abad ke – 19. 

Foerster menekankan pendidikan pada spiritualdalam proses pembentukan pribadi. Idenya sederhana bahwa pengetahuan saja tidak akan membuat seseorang memiliki prilaku dan sikap hidup yang selaras. Ada harapan bahwa pendidikan seharusnya diarahkan untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial subjek dengan perilaku dan sikap hidup sehari-hari. Selain itu, karakter perlu di terapkan dan dibiasakan melalui pendidikan walaupun sebelumnya dianggap menjadi tanggung jawab orang tua institusi sosial. 

Empat prinsip dasar dalam pendidikan karakter menurut FW Foerster adalah :

1. Keteraturan Interior. Artinya seseorang disebut berkarakter bila ia bertindak berdasarkan tingkatan nilai kebaikan dan tindakan ini bukan didorong oleh kepentingan pribadi melainkan berdasarkan nilai yang berlaku secara universal.

2. Koherensi. Artinya dasar-dasar moral dalam diri seseorang, nilai-nilai yang menjadi rujukan itu cocok satu sama lain dan dapat di percayai menjadi rujukan tindakan kebaikan. Koherensi ini memberikan keberanian berperilaku dan bertindak selama sesuai dengan rujukan yang berlaku secara umum.

3. Otonomi, artinya seseorang mampu bertindak dalam kondisi terdesak sekalipun mampu menjaga nilai-nilai dalam dirinya tanpa terpengaruh oleh orang lain.

4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan seseorang guna menginginkan apa yang dipandang baik, sedangkan kesetiaan adalah dasar bagi penghormatan atas komitmen yagn dipilih.

Manfaat pendidikan Karakter 

Pendidikan karakter bila diterapkan dalam pendidikan dan pembelajaran sesungguhnya mampu memberikan solusi bangsa yang saat ini sedang dalam kondisi terpuruk. Diantara manfaat pendidikan karakter adalah : 

1. Dapat mengembalikan nilai-nilai bangsa Indonesia yang saat ini mulai ditinggalkan
2. Menjaga generasi penerus bangsa dari pengaruh serangan pemikiran dari luar Indonesia yang berbahaya seperti westernisasi, LGBT, Aliran Sesat, dsb.
3. Meningkatkan Motivasi untuk terus memperbaiki diri, hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Marvin Berkowitz di University of Missouri, menunjukkan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter.
4. Menurunkan perilaku buruk menyimpang masyarakat seperti ( perkosaan, penggunaan narkoba, korupsi, kekerasan, mencontek, hedonis, dll)) 

Prinsip Karakter

Bobby de Porter menyarankan metode praktis dalam menerapkan pendidikan berkarakter, prinsip-prinsip pendidikan berkarakter diantaranya adalah : 

1. Komitmen

2. Rendah hati

3. Integritas

4. Bertindak merdeka

5. Memulai dari yang akhir

6. Mendahulukan yang utama

7. Kegagalan adalah awal kesuksesan

8. Berbicara dengan niat baik

9. Tanggung jawab

10. Sikap luwes

11. Mengilhami orang lain

12. Keseimbangan

Ke-12 hal ini menjadi prinsip yang utama sebagai kunci sukses dari pendidikan karakter. Negara ini akan menjadi kuat jika dipenuhi individu-individu yang mampu menerapkan karakter secara kuat dalam keseharian hidup. 







Share:

Monday, June 4, 2018

Siap-siap Pengenalan lingkungan Sekolah

tribunnews.com
Sebentar lagi kita akan memasuki masa awal tahun pelajaran 2018-2019, Perbulan Juli nanti kita akan dihadapkan pada semester baru setelah masa libur Lebaran/Idul Fitri. Pemerintah dalam hal ini kementrian Pendidikan dan kebudayaan mempersiapkan masa awal masuk sekolah sebagai moment yang bersejarah bukan hanya bagi murid baru dan guru, namun juga orang tua. 
Periode Anies Baswedan selaku menteri Pendidikan 2016/2017 menjadi awal MOS (Masa Orientasi Sekolah) menjadi MPLS ( Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) pada tahun itu pula mulai kegiatan bully atau mulai perpeloncoan mulai ditinggalkan dan diganti dengan kegiatan yang diatur secara rapih oleh Kemendikbud. diantara perubahan mendasar yang dilakukan adalah :

1. Orang tua diwajibkan mengatar anaknya sendiri dihari pertama sekolah
2. Guru sebagai panitia tanpa campur tangan siswa (atau kalau ada sangat minim)
3. Konten materi diatur Kemendikbud dan di isi oleh guru
4. lebih kemuatan bukan barang bawaan selama MPLS
5. Tanggung jawab Kepala sekolah dipantau langsung dinas wilayah 
6. Waktu Pelaksanaan di atur tanpa boleh melewati batas yang ditetapkan Kementrian
7. Fungsi pengawasan berlipat baik orang tua, masyarakat, LSM, dll
8. Sanksi diberikan bagi yang melanggar ketentuan dan tegas

Pertama kalinya MPLS dilaksanakan tercatat perpeloncoan dan bully menurun drastis, hampir sudah tidak ditemukan laporan lagi seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Anggapan bahwa anak menjadi bermental lemah, penakut, tidak menyenangkan sudah tak terdengar keras lagi. Tentu pendidikan memang harus mencerdaskan manusia dan itu dimulai sejak pertama anak masuk sekolah.
Setidaknya pendidikan tanpa perpeloncoan menjadikan pendidikan Indonesia selangkah lebih maju. semua aspek dalam pendidikan kembali di aktifkan setelah sebelumnya kurang aktif seperti orang tua menjadi lebih aktif mengetahui kondisi anak sejak hari pertama anak diantar kesekolah, selain itu, guru dan walikelas ikut mendampingi proses pengenalan sekolah padahal sebelumnya menitikberatkan pada pembina OSIS dan dominan Kakak kelas.
Semoga pendidikan semakin baik dan fokus pada peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, jadi Siap-siap mengenalkan lingkungan sekolah secara lebih positif dan menyenangkan.
  


Share:

Komentar

Artikel Populer

promote

About Me

My photo
saya Adalah guru, dan setiap kita adalah guru