Sunday, August 5, 2018

Dunia buku untuk anak

Saat kecil dulu buku adalah barang yang mahal untuk dapat saya baca. Saya kelahiran 1989 dan saat itu buku belum semenarik hari ini, kualitas buku dengan ketahanan dari kerusakan dengan warna yang menarik memang banyak, namun semuanya sulit didapatkan dan kalau ada harganya lumayan mahal.
Kesempatan saya punya bacaan yang menarik adalah ketika saya bisa berkunjung ke blok m dan sisanya ada toko yang menjual majalah bekas, diantara buku tersebut adalah majalah bobo yang sudah pernah dibaca oleh pemilik sebelumnya, rata-rata berdebu.
Namun, buat saya punya buku bacaan bobo adalah anugerah yang luar biasa, kadang sekali beli saya bisa dapat belasan buku, dalam waktu singkat saya baca bobo seluruh edisinya. Bukunya sederhana dan membangkitkan imajinasi bagi saya sebagai pembaca. Besoknya saya ulang lagi baca,baca, dan baca.
Saat itu teknologi tercanggih di rumah adalah radio, televisi tak punya lantaran tv hitam putih sudah rusak dan usang. Membaca bobo adalah kesibukan tersendiri dan bisa memakan waktu berjam-jam dan puluhan tahun kemudian baru saya sadari kalau saya suka sekali membaca.
Hari ini anak di seluruh dunia terkhusus Indonesia tentu punya potensi yang sama. Hanya saja potensi itu buat saya bisa terkubur dengan canggihnya teknologi hari ini menguasai setiap aktivitas anak.
Rasanya untuk membaca anak sekarang sudah semakin sulit. Perpustakaan sekarang tersedia di banyak tempat tapi saya minat bacanya sangat rendah. Anak2 lebih suka bermain handphone dari pada membaca buku.
Entah apa yang dirasakan anak-anak dengan dunia hari ini. Dunia yang begitu berwarna, entah apa yang terjadi jika waktu itu saya sudah punya televisi berwarna. Kemungkinan besar saya tak akan merengek meminta di belikan majalah bobo.
Hari ini derita yang dihadapi anak-anak saya adalah bagaimana mereka harus menahan untuk tidak menggunakan handphone. Gerakan 6-9 malam menginspirasi saya untuk menghindari penggunaan handphone bila anak saya masih terjaga.
Televisi sudah tak saya punya semenjak saya menikah, tak boleh ada dalam ruang rumah saya sebab Bagi saya anak adalah pekerjaan berat saya untuk membentuk jiwanya kuat dari pengaruh buruk televisi. Biarlah saya terus berjuang untuk anak-anak saya dari pengaruh handphone.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Komentar

Artikel Populer

promote

About Me

My photo
saya Adalah guru, dan setiap kita adalah guru