Monday, May 7, 2018

Orang Tua Guru sepanjang Masa

https://kampusnesia.com/2018/02/13/tk-tunas-harum-bangsa-ajak-orang-tua-siswa-mengajar-di-kelas/
Selama ini orang tua merasa punya keterbatasan dalam mendidik anak-anaknya di rumah. Walaupun tentu setiap orang tua punya kepercayaan diri yang baik agar anak-anaknya kelak dapat mewujudkan apa yang di cita-citakan orang tuanya. Perwujudan dari keinginan orang tua tersebut adalah dengan memberi yang terbaik pada anak sejak usia dini, seperti misalnya memberikan mainan terbaik, waktu bersama paling optimal, hingga memberikan guru yang mampu mendidiknya secara baik. 

Guru sendiri saat ini mengalami pengerdilan makna, sebab guru dianggap adalah sebuah profesi yang dapat di gantikan atau dicari. Padahal sesungguhnya guru adalah sesuatu yang sangat luas mencakup bagaimana menjadikan seorang anak mengoptimalkan bakat dan potensinya. Guru sendiri adalah Figur inspiratory dan motivator bagi muridnya dalam menggapai masa depan yang gemilang. Kisah sukses Imam Syafi’i tidak lepas dari bagaimana ibunya mampu mengembangkan potensi anaknya, guru pertama Imam Syafi’I adalah ibunya, yang mengajarkan pondasi agama, mengajarkan membaca hingga mampu menghafal Al-Qur’an, hingga mencarikannya guru terbaik Imam Malik yang kemudian membawanya menjadi pembaharu penjaga risalah Rasullulah SAW. 

Peran guru tentu sangat vital dalam mengembangkan potensi dan bakat anak, namun semuanya akan sulit di wujudkan tanpa peran penting orang tua, yaitu Ibu dan Ayah. Pengalaman saya mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sekaligus pengalaman guru Bimbingan Konseling (BK) mendapati kenakalan remaja dan kesulitan anak dalam berkembang disebabkan oleh kurangnya perhatian dari orang tua, dan lemahnya orang tua memahami perkembangan anak. Hal ini tidak berlaku mutlak, namun tentu presentase lingkungan keluarga terutama Perhatian orang tua menjadi paling sering di temukan. 


Orang Tua sebagai guru. 


Kembali pada pembahasan guru, Guru menurut Husnul Chotimah (2008) guru adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik. Sedangkan menurut Wijaya Kusumah (2009), guru ideal adalah Sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan teladan. Sementara itu Guru juga harus kreatif, menurut Balnadi Sutadipura (1985), Kreativitas menjadi unsur penting seorang guru. Kreativitas adalah kesanggupan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan jalan mempergunakan daya khayal, fantasi atau imajinasi. Setidaknya, dari paparan diatas orang tua merupakan sosok perdana bagi sang Anak agar dalam hidupnya orang tua dapat menjadi pelita pertama sebelum guru secara profesi yang kemudian menerangi anak. 

Ada beberapa tahapan yang bisa dilaksanakan orang tua dalam hal mengisi keseharian anak sedini mungkin. Pertama, kemampuan memfasilitasi anak mendapat ilmu pengetahuan dan sumber belajar, orang tua dalam hal ini dapat menyediakan permainan edukatif serta mengasah kecerdasan anak, Membacakan Dongeng, membuat karya, dan menyediakan sarana belajar di rumah seperti buku cerita, balok bermain, bola, buku gambar, dsb. Sehingga anak dengan sendirinya akan terbiasa mengisi hari-harinya dengan kegiatan positif dirumah. 

Kedua, memberi teladan dan panutan bagi anak, orang tua dalam hal ini berusaha dengan sebaik-baiknya memberikan nilai-nilai kehidupan pada si anak, Tidak berbicara keras depan anak, bersikap santun dan menyayangi anak serta pasangan di rumah, mencontohkan kegiatan berbagai, gotong royong dan saling membantu antara sesama. Orang tua dapat merancang sebuah kegiatan sosial bersama keluarga, membaca cerita orang-orang inspiratif, atau mendatangi tempat-tempat inspiratif. 

Ketiga, Orang tua Harus kreatif dalam membangkitkan fantasi, Imajinasi, dan daya Khayal anak, orang tua dalam hal ini memberikan gambaran tentang kehidupan yang positif supaya pola berfikir anak ikut berjalan secara positif. Era sekarang ini Televisi dan Gagdet begitu kuat memberikan daya khayal, imajinasi dan fantasi anak, dan orang tua tentu bukan menjauhkan atau melarang anak, karena dengan kalimat larangan anak akan cenderung untuk ingin tahu dan mencoba. Melainkan, buatlah konten positif dan beri masukan kepada konten yang dirasa negatif. Pada masa ini orang tua perlu untuk berfikir kreatif mencari solusi menghadirkan permainan edukatif serta konten positif pada anak. 


Fungsi dan tugas orang tua sebagai guru. 


Dahulu Homeschooling di anggap sebelah mata orang sebagian besar masyarakat di Indonesia. Hingga ada seorang ibu yang mendidik anaknya, membuat konten pembelajar, mengaktifkan daya kreatifitas anak hingga kemudian mendapat pengakuan dari Kementerian Kebudayaan hingga hari ini Homeschooling banyak di dibuka diseluruh cabang di Indonesia. Tentu tulisan ini bukan untuk merubah persepsi orang tua agar memilih homeschooling saat mendidik anak, melainkan bertujuan untuk menambah wawasan bahwa orang tua dapat menjadi guru yang sangat baik bagi anak-anaknya. Berikut fungsi dan tugas bagi para orang tua sebagai guru buat anak-anaknya yaitu : 
Gambar : Sumber Pribadi

1. Orang Tua sebagai Edukator 

Saat ini tenaga pendidik terkhusus Guru dituntut Mendapat Gelar S1, Kecuali Paud dan TK. Negara yang mendapat predikat terbaik dalam kualitas pendidikan mewajibkan Guru TK (Taman Kanak-kanak) atau SD (Sekolah Dasar) untuk lulus Strata-2 atau Magister. Sistem pendidikan Finlandia juga mengutamakan kualitas pembelajaran dengan 2 guru dalam satu kelas. Dapat di bayangkan kualitas yang di hasilkan pada anak dengan sistem yang dijalankan. 

Indonesia tentu tidak jauh tertinggal seandainya mampu mengoptimalkan orang tua selaku pendidik (Edukator) bagi anaknya. Orang tua dapat mengupgrade cara mendidik anaknya dengan terus belajar dari berbagai sumber. Teknologi sekarang ini mempermudah orang tua untuk belajar, walaupun secara ijazah belum mendapatkan title S1 atau S2. Orang tua tentu dapat mengupgrade kemampuannya mendidik anak dengan mengikuti forum di Dunia maya terutama yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Ada banyak forum yang mendukung hal tersebut sehingga anak kita dapat mendapatkan pendidikan terbaik walaupun anak tidak sedang bersekolah. 

2. Orang tua sebagai teladan
niatyari.wordpress.com
Teladan adalah nilai-nilai utama yang di turunkan orang tua berupa sikap dan perilaku yang melekat baik sadar maupun tidak sadar. Anak amat sangat membutuhkan teladan dari orang tua, sebab di dalam kelas guru tidak seluruhnya mampu memberikan teladan secara maksimal. Fungsi utama guru adalah transfer ilmu dan fasilitator, sementara untuk sikap dan perilaku akan sangat baik di mulai dari dalam keluarga. 

Orang tua dapat memberikan contoh langsung pada anak pada bagian-bagian yang dirasa kurang ketika anak mengusai pelajaran. Orang tua juga menjadi stabilizer ketika anak sedang dalam keadaan kesulitan dalam menyerap pelajaran, saat mendapat nilai rendah, atau ketika terlibat konflik sesama teman. Orang tua bisa memberikan teladan keseharian yang baik dari masalah diatas sehingga input yang masuk kepada anak bernilai positif. 

3. Orang Tua sebagai Fasilitator
http://www.my-armae.com/2012/07/menjadi-fasilitator-itu.html

Orang tua sebagai fasilitator bertugas memfasilitasi anak agar dapat mengexplorasi minat dan bakat anak. Menemukan minat dan bakat bukan hal yang sederhana, ia membutuhkan kemampuan bereksperimen, latihan dan evaluasi rutin dari anak sehingga bakat dan minatnya dapat berkembang dengan baik. Negara maju di Eropa dan Amerika mereka sudah memetakan bakat anak sejak usia dini, dan semua dilakukan dengan mewawancarai orang tua, di Indonesia hal ini masih sangat jarang, namun orang tua dapat mengarahkan anak agar minat dan bakatnya dapat terfasilitasi dengan baik. 

Menurut E. Mulyasa (2008) setidaknya orang tua harus memiliki 7 sikap dalam memfasilitasi minat dan bakat anak seperti yang di indentifikasikan Rogers (dalam Knowles, 1984), yaitu: (1) tidka berlebihan dalam berpendapat, (2) Mendengarkan Anak, (3) Menerima Ide dari anak, (4)Perhatian, (5) Memberi komentar balik, (6) Toleransi pada kesalahan anak, (7) Menghargai anak. Tujuh hal ini dapat menjadi orang tua yang tentu tidak berharap minat dan bakatnya terkubur dan lenyap. 

4. Orang Tua sebagai leader
https://earlychildtrainingcenter.com/6-characteristics-of-a-great-leader/


Kemampuan Leader bukan hanya dimiliki oleh para politisi saja, lebih penting orang tua harus mampu mencontohkan dalam segala hal, mulai dari konsistensi, kewibawaan, manajemen, serta perhatian yang baik. Orang tua harus bisa menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan anaknya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama. Mengajarkan musyawarah pada anak sedini mungkin, belajar mendengarkan aspirasi anak, dan siap menerima kritik dari anggota keluarga lainnya. 

Bangunan keluarga seperti ini tentu idaman banyak orang di dunia termasuk keluarga kita. Kepemimpinan yang baik terutama ayah akan membantu menyempurnakan karakter anak yang di besarkannya, sebab tentu kepemimpinan yang baik pada diri anak akan membantunya memproteksi dirinya sendiri dari hal-hal negatif ketika anaknya tumbuh kelak. 

5. Orang Tua sebagai Motivator
http://www.wajibbaca.com/2016/10/salut-meski-tak-punya-tangan-dan-kaki.html

Kegiatan Motivasi bukan hanya dibutuhkan oleh orang dewasa, motivasi juga dapat dilakukan dari orang tua kepada anaknya. anak kadang mengalami kesulitan dan kegagalan, diantara tindakan anak tentu ada yang menyerah dan merasa gagal. Orang tua pada saat itu memiliki peran penting yaitu membangkitkan motivasi anak.

6. Orang Tua sebagai Evaluator
https://11m5ki43y82budjol1gjvv5s-wpengine.netdna-ssl.com/wp-content/uploads/2015/10/app-developer-company-evaluation-cycle-1.jpg

Keluarga yang baik adalah keluarga yang sering melakukan evaluasi, didalam evaluasi ada masukan, saran, pendapat, dan musyawarah. menghadirkan evaluasi dalam keseharian keluarga menciptakan harmonisasi yang indah.

Sumber : sahabatkeluarga.kemendikbud.com
#sahabatkeluarga
Share:

0 comments:

Post a Comment

Komentar

Artikel Populer

promote

About Me

My photo
saya Adalah guru, dan setiap kita adalah guru